BANDA ACEH – Pemerintah Aceh bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengintensifkan upaya kolaborasi untuk mengoptimalkan penyaluran obat-obatan dan alat kesehatan (alkes) bagi korban bencana banjir dan longsor di Aceh. Langkah strategis ini diambil guna mempercepat pemulihan fasilitas kesehatan yang rusak dan memastikan konektivitas layanan medis tetap berjalan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, M. Nasir, menjelaskan bahwa Pemerintah Aceh segera mengambil langkah cepat dengan mendirikan posko kesehatan di sejumlah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) pasca bencana.

Dalam upaya mengatasi tantangan infrastruktur, terutama listrik dan komunikasi, Sekda M. Nasir menyebutkan koordinasi ketat dengan Kemenkes.
“Kita sudah berkoordinasi dengan Kemenkes untuk memacu konektivitas ke wilayah-wilayah terdampak banjir. Hal ini juga sudah kita sampaikan langsung kepada Wamenkes saat berkunjung ke Aceh beberapa hari lalu,” ucap Sekda Aceh, M. Nasir saat diwawancarai stasiun televisi nasional, Nusantara TV melalui siaran langsung di ruang kerjanya di Ruang Setda Kantor Gubernur Aceh, Senin, 8 Desember 2025.
Untuk mendukung layanan penting, Pemerintah Aceh bersama instansi terkait menyalurkan bantuan genset dan BBM ke berbagai daerah. Pengiriman genset ini ditujukan khusus untuk memastikan jaringan listrik tetap aman di rumah sakit.
Selain itu, untuk mendukung komunikasi darurat di Aceh Tamiang, Pemerintah Aceh bekerjasama dengan Kodam IM mengerahkan lima mobil tangki air bersih serta penyediaan 19 unit Starlink untuk jaringan telekomunikasi.
Fokus utama penanganan kesehatan adalah pemulihan sarana yang rusak dan pengiriman bantuan medis yang akurat. Daerah Prioritas Alkes Rusak dengan upaya pengiriman obat-obatan dan perbaikan alat-alat kesehatan difokuskan di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues, di mana banyak perangkat mengalami kerusakan akibat pemadaman listrik.
Distribusi obat-obatan dan alat kesehatan diprioritaskan ke Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Langsa karena banyaknya fasilitas kesehatan yang terendam banjir. Pemerintah Aceh berkomitmen memastikan penyaluran obat-obatan dan alkes dioptimalkan secara akurat dan tepat sasaran.
“Kami telah menyampaikan hal ini kepada Wamenkes saat berkunjung ke Aceh beberapa hari lalu, dan saat ini fokusnya adalah memastikan semua fasilitas vital kembali berfungsi,” tegas M. Nasir.
Guna memperkuat layanan kesehatan di lapangan, tim medis dari Pemerintah Aceh telah didukung oleh tenaga kesehatan (nakes) dari luar Aceh. Secara khusus, di RSUD Aceh Tamiang yang menjadi posko kesehatan, personel yang diturunkan mencakup 10 orang tenaga medis dari provinsi, serta tim bantuan dari luar Aceh.
“Tim medis yang dari ruang Aceh diantaranya dari RSUD Adam Malik Medan sebanyak 7 orang, RSUD Wahidin Makassar sebanyak 9 orang, Médecins Sans Frontières (MSF) sebanyak 2 orang dan Mer-C sebanyak 4 orang. Selain itu, tim kesehatan dari Fakultas Kedokteran USK juga turut dilibatkan,” tambahnya.
Tim medis juga memprioritaskan pemberian obat-obatan dan makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita di lokasi pengungsian. Selain posko medis, dapur umum juga telah didirikan untuk memenuhi kebutuhan pangan korban bencana.
“Sejumlah rumah sakit yang terdampak telah berhasil difungsikan kembali dan siap melayani masyarakat, termasuk RSUD Pidie Jaya, RSUD Pratama Aceh Utara di Lhoksukon, RSUD Langsa dan RSUD Aceh Tamiang,” pungkasnya. []



























