Tapak Tuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan, dikenal dengan julukan “Kota Naga” karena menyimpan legenda yang menarik, yaitu kisah Syekh Tuan Tapa dan jejak kaki raksasa yang menjadi daya tarik wisata hingga kini. Jejak kaki raksasa di Tapak Tuan yang berada di tepian laut ini tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga menyimpan cerita mistis tentang seorang petapa sakti dan perjuangannya melawan dua naga raksasa. Kisah ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat lokal dan menarik banyak wisatawan yang penasaran.
Awal Mula Legenda Syekh Tuan Tapa
Syekh Tuan Tapa adalah sosok petapa sakti yang digambarkan memiliki tubuh besar dan kekuatan luar biasa. Ia memilih hidup menyendiri di sebuah gua di Aceh Selatan, mendedikasikan seluruh waktunya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ketekunan dan kesungguhannya dalam berzikir membawa berkah dan memberinya banyak pengetahuan gaib, yang menjadikannya sosok dihormati oleh masyarakat sekitar.
Suatu ketika, ketenangan Tuan Tapa terusik oleh pertempuran antara seorang raja dari Kerajaan Asralanoka dan dua naga raksasa. Kedua naga tersebut menculik putri raja dan membawanya ke tengah laut. Tuan Tapa, yang merasa perlu membantu, segera keluar dari tempat bertapanya. Saat ia melompat menuju perairan untuk menyelamatkan sang putri, jejak kaki raksasa pun tertinggal di batuan karang, yang hingga kini dikenal sebagai “Tapak Tuan.”
Tuan Tapa menghadapi dua naga dalam pertarungan sengit. Dengan tongkat kayu yang ia bawa, ia berhasil mengalahkan kedua naga tersebut, membebaskan sang putri, dan mengembalikannya ke pangkuan orang tuanya. Pasangan raja dan permaisuri ini kemudian memilih untuk tinggal di Aceh Selatan dan menetap di sekitar tempat bertapa Tuan Tapa, yang akhirnya menjadi asal mula pemukiman Tapak Tuan.
Sisa-sisa dari pertempuran legendaris itu masih bisa ditemukan di sekitar Tapak Tuan. Tak jauh dari jejak kaki raksasa, terdapat batu besar di tengah laut yang dipercaya sebagai kopiah Tuan Tapa yang jatuh saat bertarung. Selain itu, di beberapa desa sekitar, terdapat formasi batu yang dianggap sebagai sisa-sisa dari naga yang dikalahkan oleh Tuan Tapa, seperti karang berbentuk sisik naga di Desa Batu Merah dan karang berbentuk hati di Desa Batu Itam.
Jejak Sejarah yang Berlanjut
Selain tapak kaki raksasa, situs-situs lain seperti makam Tuan Tapa di Kelurahan Padang juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Makam yang memiliki panjang hingga 25 meter ini menambah kesan mistis dan sakral yang menyelimuti kawasan Tapak Tuan. Pengunjung bisa melihat langsung makam yang berada di belakang Masjid Tua, sebuah masjid bersejarah yang menjadi saksi peradaban masa lalu.
Mitos dan Etika Berwisata di Tapak Tuan
Bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam dan kisah legendaris Tapak Tuan, ada mitos dan etika yang perlu diperhatikan. Dikatakan bahwa siapa pun yang berkunjung ke sini sebaiknya menjaga sikap dan kata-kata, tidak boleh sombong atau berbicara kasar. Pelanggaran terhadap aturan ini diyakini bisa mendatangkan ombak besar yang bisa menyeret pengunjung. Mitos ini juga menambah daya tarik misterius yang membuat Tapak Tuan menjadi destinasi yang istimewa.
Menikmati Keindahan Alam dan Sejarah Tapak Tuan
Berada di kaki Gunung Lampu yang menghadap langsung ke Samudra Hindia, Tapak Tuan tidak hanya menawarkan cerita mistis tetapi juga panorama alam yang luar biasa. Dengan udara segar dan deburan ombak yang menenangkan, Tapak Tuan adalah tempat ideal untuk berfoto dengan latar belakang laut biru dan jejak kaki raksasa. Para wisatawan juga bisa menikmati fasilitas sederhana seperti tempat duduk yang menghadap ke laut dan pemandangan perahu-perahu nelayan yang berlayar di kejauhan.
Dengan keindahan dan legenda yang menyertainya, Tapak Tuan menjadi daya tarik wisata di Aceh Selatan yang menggabungkan sejarah, budaya, dan alam dalam satu paket. Wisata ini menawarkan pengalaman unik bagi siapa pun yang tertarik dengan mitos lokal dan panorama alam yang memikat.