BANDA ACEH – Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh menyebutkan bahwa layanan pengaduan masyarakat terkait korban banjir dan longsor hanya dibuka secara offline guna mencegah laporan palsu dan menghindari kepanikan di tengah situasi darurat.
“Kenapa kita tidak membuat pengaduan online? Karena kita menghindari menumpuknya laporan-laporan palsu atau laporan panik. Masyarakat kita arahkan melapor ke posko terdekat atau ke kabupaten/kota jika berada di luar Banda Aceh, baru kemudian kita rekap di sini,” ujar Juru Bicara Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh, Murthalamuddin, Selasa (2/12/2025).
Ia menjelaskan, pengaduan secara online berpotensi menimbulkan tumpang tindih data dan membuat warga semakin panik, terutama karena banyak laporan kehilangan muncul akibat putusnya komunikasi di wilayah terdampak.
“Kita tahu persoalan yang muncul lebih banyak akibat terputusnya komunikasi di daerah terdampak. Karena itu laporan dicatat secara manual agar penyaringan data lebih akurat,” katanya.
Hingga Selasa sore, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana mencatat 15 laporan baru, di mana sebagian besar berasal dari Aceh Tamiang dan Bener Meriah. Secara keseluruhan, sejak layanan dibuka pada Minggu (30/11/2025), total terdapat 49 laporan dari masyarakat yang kehilangan kontak dengan anggota keluarga akibat banjir dan longsor di Aceh.
“Bentuk laporan yang kami terima beragam, mulai dari permintaan pencarian informasi keluarga, permohonan evakuasi darurat, hingga kebutuhan bahan pangan,” ujarnya.
Layanan pengaduan offline ini dibuka setiap hari dan dipusatkan di Media Center Posko Tanggap Darurat yang berlokasi di lobi Kantor Gubernur Aceh.





























