Kutarajapost – Kontribusi sektor perkebunan sawit dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Aceh telah terbukti sangat signifikan.
Lebih dari sekadar aspek ekonomi, kehadiran perkebunan sawit di Aceh juga memiliki dampak positif terhadap terciptanya keberlanjutan perdamaian di wilayah ini.
Itu terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Malikussaleh mengenai Model Reintegrasi Sosial-Ekonomi Eks Kombatan GAM Berbasis Usaha Kelapa Sawit.
Penelitian dilakukan oleh Prof Nirzalin sebagai ketua tim, kemudian hasilnya serahkan langsung ke Ketua BRA Suhendri, berlangsung di kantor BRA.
Perkebunan sawit telah mampu membuka peluang ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Prof. Nirzalin menyampaikan bahwa ada dua lokasi riset, yakni di Nisam Antara, Aceh Utara dan Pante Bidari, Aceh Timur.
Dia mengatakan, di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara, pengelolaan perkebunan sawit yang dilakukan oleh Rando, mantan panglima GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di daerahnya, mampu menghadirkan kesejahteraan bagi mantan pasukannya. Hanya dengan 600 Hektar Perkebunan sawit yang dikelolanya, Rando mampu meningkatkan kesejahteraan mantan anggotanya dan masyarakat sekitar.
“Melalui ekonomi sawit ini, Rando mampu menjaga mantan anggotanya setia pada komitmen perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka dengan pemerintah Indonesia, mampu berintegrasi dengan masyarakat sipil di kawasannya sehingga terhindar dari tindakan kriminal dan perilaku ilegal lainnya yang merugikan,” ungkap Prof. Nirzalin.
Lanjutnya, hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Pante Bidari Aceh Timur, oleh eks pasukan Kuta Buloh. Pengelolaan usaha perkebunan diwilayah ini dilakukan secara kolektif melalui wadah koperasi yang hasilnya dibagikan kepada anggota eks pasukan tersebut yang ikut andil dalam usaha kelapa sawit.
“Objektifnya, keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit milik eks kombatan GAM pasukan Rimueng Kureng Nisam Antara dalam berintegrasi dengan masyarakat sipil dan menjaga keberlanjutan perdamaian di Aceh ini, menjadi pembelajaran berharga tidak hanya bagi eks kombatan GAM secara umum tetapi juga bagi pemerintah Indonesia karena dapat menjadi model rujukan dalam merumuskan kebijakan reintegrasi eks kombatan GAM di Aceh dan wilayah Indonesia lainnya”, jelas Prof Nirzalin.
Sementara itu, Ketua BRA Suhendri menyampaikan terima kasih atas kedatangan tim riset Unimal dan hasil penelitian terkait model reintegrasi melalui usaha kelapa sawit. Sehingga hal itu dapat dijadikan salah satu acuan tentang bagaimana menjaga keberlanjutan perdamaian di Aceh.
“Kami sangat berterimakasih atas kedatangan bapak sekalian dan juga hasil penelitiannya menjadi masukan berharga tentang merawat dan menjaga keberlanjutan perdamaian di Aceh,” pungkasnya.