Kutarajapost – Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Meulaboh, Satirin, mengungkapkan maraknya konflik yang timbul antara manusia dan gajah di daerah tersebut.
Menurutnya, konflik tersebut sebagian besar disebabkan oleh tingginya aktivitas manusia di dalam hutan, yang kemudian berdampak negatif pada habitat dan kehidupan gajah.
Satirin menjelaskan bahwa insiden-insiden gangguan gajah yang sering terjadi, seperti kasus gajah masuk ke perkampungan di Kabupaten Aceh Barat, berkaitan erat dengan perubahan habitat dan pola perilaku gajah. Habitat alamiah gajah yang terletak di dalam hutan semakin terancam karena adanya aktivitas manusia yang semakin meningkat.
“Konflik ini (gajah dan manusia) terjadi karena banyak kegiatan di hutan, seperti pembukaan lahan, pencarian emas, dan kegiatan lain di hutan,” kata Satirin di Meulaboh, Aceh, Kamis (17/8/2023).
Ia menyebutkan, peristiwa gangguan gajah seperti yang sering ditemukan seperti kasus gajah masuk antar kampung di Kabupaten Aceh Barat, terjadi karena gajah yang selama ini habitat nya di hutan telah kehilangan sumber makanan.
Akibatnya, gajah harus mencari sumber makanan baru karena habitat nya di hutan telah berubah menjadi lahan perkebunan masyarakat, atau adanya aktivitas penambangan di hutan.
Saat gajah menemukan sumber makanannya dan ternyata makanan tersebut merupakan hasil kebun masyarakat, hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya konflik antara manusia dan gajah.
Satirin mengatakan selama ini pihaknya sering menemukan kasus gajah masuk ke kebun atau pemukiman warga di Aceh Barat, karena gajah telah kehilangan sumber makanannya.
Sebagai salah satu solusi mengatasi konflik tersebut, pihaknya hanya bisa melakukan upaya pencegahan agar satwa gajah tidak lagi turun ke pemukiman masyarakat, seperti membakar mercon atau upaya lain.
Meski sering dilakukan pengusiran, namun tetap saja kawanan gajah akan turun ke lokasi perkebunan masyarakat, karena areal hutan yang selama ini menjadi habitat nya telah beralih fungsi menjadi lahan lain yang bukan hutan.
Untuk itu, pihaknya berharap ada solusi konkret dari pemangku kebijakan agar konflik manusia dan gajah dapat diatasi.
“Selama gajah butuh makanan mereka pasti akan mencari sumber makanan di daerah yang selama ini menjadi habitat nya,” demikian Satirin.
Satirin mengatakan selama ini pihaknya sering menemukan kasus gajah masuk ke kebun atau pemukiman warga di Aceh Barat, karena gajah telah kehilangan sumber makanannya.
Sebagai salah satu solusi mengatasi konflik tersebut, pihaknya hanya bisa melakukan upaya pencegahan agar satwa gajah tidak lagi turun ke pemukiman masyarakat, seperti membakar mercon atau upaya lain.
Meski sering dilakukan pengusiran, namun tetap saja kawanan gajah akan turun ke lokasi perkebunan masyarakat, karena areal hutan yang selama ini menjadi habitat nya telah beralih fungsi menjadi lahan lain yang bukan hutan.
Untuk itu, pihaknya berharap ada solusi konkret dari pemangku kebijakan agar konflik manusia dan gajah dapat diatasi.
“Selama gajah butuh makanan mereka pasti akan mencari sumber makanan di daerah yang selama ini menjadi habitat nya,” demikian Satirin.