Kutarajapost.com – Banda Aceh, Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) Provinsi Aceh menjadi salah satu tulang punggung komunikasi selama masa tanggap darurat banjir bandang di Aceh. Sejak Sabtu, 29 November 2025, ORARI telah mengoperasikan posko dukungan komunikasi (Dukom) untuk membantu penyampaian informasi dan koordinasi lintas instansi di tengah lumpuhnya jaringan telekomunikasi di sejumlah wilayah terdampak.
Hal ini disampaikan Kepala Humas ORARI Aceh, Ari Herdinan, di Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Selasa (9/12/2025). “Posko Dukom sudah berdiri sejak tanggal 29 November. Kami awalnya berkomunikasi dengan Aceh Tamiang melalui Kalaksa dan kemudian diteruskan ke Bupati. Lalu kami ikut membantu distribusi bantuan pangan yang masuk melalui KRI di Langsa. Seluruh komunikasi kami lakukan via perangkat radio dan aplikasi daring, menyesuaikan kondisi lapangan,” ujar Ari.
ORARI juga berkoordinasi dengan relawan di Aceh Utara dan Lhokseumawe. Namun, di hari-hari awal bencana, sejumlah perangkat komunikasi di daerah terdampak mengalami kerusakan sehingga jalur radio menjadi tidak stabil. Karena itu, komunikasi darurat dilakukan melalui TeamSpeak, radio dua meter, serta WhatsApp ketika akses data memungkinkan.
Ari Herdinan menjelaskan bahwa sejak hari pertama banjir bandang, ORARI telah menerima berbagai laporan penting dari lapangan, khususnya dari wilayah Aceh Tamiang yang menjadi titik terparah di fase awal kejadian. “Laporan paling penting datang dari Aceh Tamiang, termasuk kebutuhan mendesak serta distribusi bantuan awal yang dikirim lewat helikopter. Semua laporan kami rekap dalam tabel dan dikirimkan langsung ke Grup WhatsApp Posko Data dan Informasi yang dipimpin Asisten II Pemerintah Aceh,” jelasnya.
Selama masa tanggap darurat yang berlangsung hingga 11 Desember 2025, ORARI menerapkan sistem piket bergiliran. Posko didukung oleh Orlok Banda Aceh dan Aceh Besar, dengan empat personel pada shift pagi, empat personel pada shift sore-malam, serta dua komando lapangan dan satu koordinator. “Kami bukan hanya di Banda Aceh. Relawan turun dari berbagai daerah. Namun jumlah perangkat dan orang terbatas, sebagian relawan juga ikut turun langsung membantu warga sehingga tak bisa terus aktif di radio,” ungkap Ari.
Untuk urusan koordinasi, ORARI memastikan seluruh data telah tersinkronisasi melalui Posko Data dan Informasi Pemerintah Aceh yang melibatkan unsur BNPB, Kominfo, Basarnas, TNI–Polri, dan OPD terkait. “Rapat harian kami ikuti, dan seluruh rekap data langsung terhubung secara online.”
Titik prioritas ORARI selama tanggap darurat meliputi wilayah paling terdampak seperti Aceh Tamiang, Aceh Utara, dan Lhokseumawe—termasuk dukungan personel dari ORARI Sumatra Utara yang turun membantu.
Sementara itu, kualitas frekuensi radio pada tiga hari pertama bencana disebut sangat baik karena minim gangguan. Namun, setelah suplai listrik, genset, dan perangkat elektronik kembali aktif, propagasi mulai melemah.
Ke depan, ORARI berharap adanya dukungan resmi, terutama bagi relawan yang turun langsung ke lapangan. “Kami membutuhkan dukungan perangkat, suplai listrik, dan transportasi. Idealnya, ada relawan yang ditempatkan langsung di daerah terdampak untuk memaksimalkan komunikasi komando lewat gelombang dua meter. Komunikasi darurat harus siap di seluruh daerah agar tidak lagi terhambat seperti sekarang,” tutup Ari Herdinan.





























