Bireuen — Menanggapi informasi di media sosial yang menyebut adanya pungutan biaya hingga Rp75 ribu per orang dalam proses penyebrangan darurat di Jembatan Teupin Mane, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, Tokoh Masyarakat setempat Muhammad Nazir atau akrab disapa Apa Cut, menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar atau hoaks.
Pernyataan itu disampaikan Apa Cut pada Rabu, 10 Desember 2025, di posko penyebrangan Gampong Bunyot, Dusun Mane, Kecamatan Juli.
Menurutnya, fasilitas penyebrangan darurat yang menggunakan tali baja dan katrol merupakan bantuan dari Mapala Leuser USK serta para tokoh masyarakat Bireuen.
“Untuk ongkos penyebrangan orang, kami hanya menetapkan Rp25 ribu per orang. Sementara untuk barang, misalnya beras 15 kilogram, kami kenakan biaya Rp3 ribu khusus bagi pedagang yang menjual kembali barang tersebut. Adapun untuk penyaluran bantuan kemanusiaan, semuanya kami gratiskan,” jelas Apa Cut.
Ia menegaskan bahwa biaya tersebut bukan bentuk pemerasan, melainkan upaya memberdayakan masyarakat terdampak sekaligus menanggung risiko keselamatan selama proses penyebrangan.
“Ini bagian dari usaha kami menolong sesama. Kami bahkan bertaruh nyawa saat menarik tali penyebrangan ini. Tidak ada unsur memanfaatkan kesempatan. Masyarakat Tanoh Gayo adalah saudara kami,” ujarnya dengan suara bergetar.
Apa Cut menambahkan bahwa berdasarkan kesepakatan di posko, penyebrangan bagi warga yang sakit, tenaga medis, relawan, serta anggota TNI/Polri diberikan secara gratis. Bagi warga yang tidak memiliki uang, bahkan diberikan santunan dan diajak makan di dapur umum yang didirikan masyarakat setempat.
Ia mengaku sedih dengan tudingan bahwa warga Bunyot tidak berperikemanusiaan.
“Kami sangat prihatin dengan tuduhan itu. Warga Tanoh Gayo adalah saudara yang kami cinta dan kami bantu dengan sepenuh hati. Kami mohon semua pihak tidak memberikan komentar yang membuat hati kami terluka,” pinta Apa Cut.
Apa Cut juga menyampaikan bahwa pihaknya bersama Muspika Juli telah mengklarifikasi hal tersebut ke Polres Bireuen, dan persoalan dianggap selesai. Aktivitas penyebrangan darurat tetap dilanjutkan hingga jembatan selesai dibangun.
Sementara itu, Juru Bicara Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh, Murthalamuddin, mengimbau semua pihak untuk menahan diri di tengah musibah ini.
“Semua kita terdampak, dan saat ini banyak mata tertuju ke Aceh. Jangan sampai ada hal-hal yang dapat mencoreng upaya kemanusiaan. Mari selesaikan setiap persoalan dengan cara musyawarah, tanpa menghebohkan dan tanpa membawa isu suku, agama, atau ras. Kita ini orang Aceh, dan kita semua bersaudara,” tegasnya.[]





























